Masyarakat di perkotaan umumnya sangat jarang melihat pemandangan hijau yang asri, sejuk dan sangat meriindukan tempat dengan kumpulan pepohonan rindang. Gaya hidup masyarakat perkotaan yang identik dengan kemacetan dan polusi udara membuat kebutuhan akan ruang terbuka hijau semakin tinggi. Berbagai konsep wilayah pemukiman yang bersahabat dengan alam dan dilengkapi sarana ruang terbuka hijau semakin diminati oleh masyarakat. Beruntung, kota Bandung yang terkenal dengan sebutan Paris van Java kini mulai berbenah untuk kembali menjadi kota Kembang yang menghijau dan Asri. Semenjak pemerintahan walikota Ridwan Kamil di tahun 2013, Bandung mulai kembali menata dan menambah ruang terbuka hijau yang diperuntukkan bagi masyarakatnya.
Menurut sejarahnya, sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda, Bandung sudah disiapkan untuk menjadi Tuinstad atau "Kota Taman". Saat itu pemerintah Belanda berencana ingin menjadikan kota Bandung sebagai salah satu kota khusus bagi masyarakat Eropa, sehingga pembangunan di kota Bandung ini pun terlihat sangat berbau Eropa. Maka dari itulah mulai terkenal sebutan Paris van Java, karena seolah kota Paris di Eropa seperti ingin dipindahkan ke Bandung.
Rencana untuk menjadikan kota Bandung seperti Eropa ini kemudian mendapat tentangan dari mestro arsitek Belanda, Hendrik Petrus Berlage yang datang ke kota Bandung tahun 1923. Ia mengkritik bentuk Bangunan di Indonesia yang tidak menonjolkan ciri khas wilayah Tropis. Kritika ini disambut oleh perkumpulan Bandoeng Vooruit yang awalnya lahir dari organisasi Vereeniging tot van Bandoeng en Omstreken yang merupakan wadah bagi masyarakat Belanda yang ada di Bandung untuk bermusyarah.
Para ahli taman yang terdapat di perkumpulan ini kemudian bersama-sama mencari desain taman tropis untuk kota Bandung. Konsep yang digagas adalah konsep taman terbuka yang bebas dikunjungi warga kota dan menjadi wahana efektif guna mengakrabkan kehidupan warga kota dengan alam. Taman terbuka ini dapat digunakan untuk rekreasi, tempat penelitian, pengenalan jenis flora tripis maupun untuk studi tentang siklus alam.
Untuk mencapai tujuan tersebut perkumpulan Bandung Vooruit selama tahun 1930-1935 berusaha mengubah taman-taman di kota Bandung menjadi mini botanical garden. Sebagai sarana untuk mengenal dan belajar mengenai tanaman, keterangan nama jenis tiap tumbuhan dalam bahasa Latin, SUnda, serta bahasa Indonesia.
Berdasarkan istilah Belanda saat itu, taman (park) dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain park, plein, plantsoen, stadstuin, boulevard. Park adalah sebidang tanah yang dipagari sekelilingnya, ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon lindung, tanaman hias, rumput dan berbagai jenis tanaman bunga. Selain itu dilengkapi juga jaringan jalan, bangku tempat duduk dan lampu penerangan yang berseni. Kadang kala taman dilengkapi kolam ikan dengan tanaman teratainya, tempat berteduh yang sering disebut Gazebo atau Belvedere, kandang binatang atau unggas dan saluran air yang teratur.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa makna taman bagi Kota Bandung tak hanya sebagai paru-paru kota atau ruang terbuka hijau (RTH). Banyak caatan sejarah yang dapat digai dari proses pembangunan dan perubahan yang terjadi di taman-taman di kota Bandung. Beberapa taman di kota Bandung yang merupakan peninggalan Pemerintahan Hindia Belanda yang sampai sekarang masih dpat kita jumpai antara lain Ijzerman Park (Taman Ganeca), Molukkenpark (Taman Maluku), Pieter Sijthoffpark(Taman Merdeka), Insulindenpark (Taman Nusantara/Taman Lalu Lintas) dan Jubileumpark (Taman Sari atau Kebun Binatang). Sekitar tahun 1950an, Presiden Soekarno melarang rakyat menggunakan bahasa BElanda, maka taman-taman kota ini pun diubah namanya ke dalam Bahasa Indonesia.
Salah satu dari sekian banyak taman peninggalan Belanda yang ada di kota Bandung saat ini adalah Pieters Park, atau kemudia dikenal sebagai Taman Merdeka atau Taman Dewi Sartika. Sekarang taman itu berganti nama menjadi Taman Balai Kota Bandung karena letaknya tepat di depan Kantor Walikota Bandung.
Taman Balai Kota Bandung ini merupakan taman yang pertama kali dibangun di kota Bandung. Lokasinya terdapat di Kompleks Balai Kota Bandung, dibangun pada tahun 1885 untuk mengenang jasa Asisten Residen Pieter Sijthoff, sang peletak dasar pembangunan kota Bandung. Taman dengan luas 14.720 meter persegi ini dibangun oleh Dr. R. Teuscher, seorang Botanikus yang tinggal di pojok jalan Tamblong. Ia ditunjuk untuk membangun sebuah taman peringatan di depan Gedung Papak (Balaikota Bandung) yang saat itu menjadi kediaman resmi Asisten Residen Priangan.
Di taman yang berbentuk bujur sangkar itu, berdiri sebuah bangunan berbentuk bulat yang dahulu digunakan sebagai tempat berteduh dan tempat memainkan orkes musik. Bangunan bulat ini sering disebut sebagai Gazebo atau Belvedere. Taman ini juga sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya tentara yang akan melakukan taptoe atau pawai obor keliling kota. Selain itu, Pieters Park yang dahulu dikelilingi beberapa bangunan sekolah, juga menjadi tempat istirahat para pelajar sambil menghafal bahan pelajaran di sian hari.
Pada 4 Desember 1996, di taman ini ditempatkan patung Pahlawan Nasional Dewi Sartika, yang kemudian mengubah naman taman ini menjadi Taman Dewi Sartika. Kini di masa pemerintahan Walikota Bandung, taman ini dipercantik di beberapa bagian. Karena letaknya yang berada di kompleks Balai Kota Bandung, taman ini kemudian lebih dikenal sebagai Taman Balaikota Bandung.
Sebagai salah satu Ruang terbuka Hijau yang ada di pusat kota Bandung, taman ini terbuka untuk umum. Kita bisa masuk melalui pintu masuk di jalan Wastukencana, dekat SMKN 1 Bandung. Tersedia lahan parkir yang luas untuk kendaraan roda dua dan roda empat. Jika anda datang di hari kerja, jangan lupa untuk melapor ke petugas keamanan karena dihari kerja, taman ini juga menjadi pelataran parkir pegawai pemkot Bandung.
Selain Gratis, taman ini dilengkapi pula dengan fasilitas Wifi. Terdapat fasilitas toilet umum, gazebo, serta banyak tempat duduk bagi anda yang ingin menikmati udara segar diantara pepohonan rindang. Taman Balai Kota Bandung juga menyimpan beberapa patung seperti Patung Dewi Sartika-salah satu pahlawan wanita Jawa Barat, Patung Badak-untuk melambangkan binatang khasa Jawa Barat, badak Putih dan Patung Merpati-untuk memperingati dilepasnya 800 ekor merpati di taman ini.
Di akhir pekan, Taman Balai Kota Bandung sering digunakan juga sebagai salah satu tempat berolahraga ringan, seperti lari pagi dan bersepeda. Bahkan, di jalan utama yang mengelilingi taman ini, disediakan jalur khusus untuk pengguna sepeda.
Selain itu banyak juga para pelajar yang berkumpul di akhir pekan untuk sekedar berlatih ekstrakurikuler seperti Paskibra, Marching Band, Modern Dance. Selain sebagai tempat berekreasi bagi masyarakat, tempat ini juga bisa menjadi tempat bagi anak muda Bandung untuk saling berinteraksi, mengasah kreatifitas dan juga saling unjuk kebolehan. Terbukti Taman Balaikota ini sering menjadi tempat diadakannya berbagai perlombaan.
Beberapa waktu yang lalu, di hari Sabtu ketika saya berkunjung ke tempat ini bersama rekan saya, nampak para pekerja sedang menyelesaikan pembuatan taman dan air mancur yang dibangun tepat di depat gedung Balaikota. Nampak sangat cantik dan terlihat menyejukkan dengan dihiasi berbagai tanaman yang memberi aksen warna yang berbeda. Nampak Bandung sedang kembali mempercantik dan menata diri menuju Bandung yang dikenal sebagai kota Kembang. Bandung kita Bandung Juara. Terima Kasih, Hatur Nuhun atas kontribusi besar dari Walikota Bandung saat ini kang Ridwan Kamil sehingga Bandung kembali cantik. Saya Bangga menjadi warga Bandung. Bagaimana dengan anda??